Sekolah Tinggi Invada Cirebon Merger Jadi Institut

Sekolah Tinggi Invada Cirebon Merger Jadi Institut

CIREBON - Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa (STIBA) serta Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Invada Cirebon merger/alih status menjadi Institut Pendidikan dan Bahasa (IPB) Invada Cirebon. Rektor IPB Invada Cirebon Dr Mahfud MSi MKom mengharapkan, perubahan status dapat lebih meningkatkan mutu dan kualitas institusi. Sehingga, koordinasi antara STKIP dan STIBA yang sebelumnya terpisah, bisa saling terintegrasi dari seluruh aspek. Baik fasilitas yang dimiliki, dosen atau mahasiswa.

\"Mudah-mudahan, setelah menjadi institut, kita lebih berorientasi untuk menargetkan mutu dan kualitas lebih baik,\" tutur Mahfud kepada Radar Cirebon, Minggu (2/1).

Banyak hal yang akan dilakukan IPB Cirebon ke depan. Seperti, melakukan penambahan prodi baru hingga memungkinkan untuk membuka program pasca sarjana. Alih status ini, kata Mahfud, salah satu bentuk dukungan pemerintah. Khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang menyarankan yayasan yang menaungi dua perguruan tinggi untuk merger.

\"Bertolak dari itu, maka kita tertarik untuk menjadikan satu kesatuan, yaitu IPB Invada Cirebon,\" tutur Mahfud.

Menjadi institut berdasarkan SK Kementerian per 7 Desember, jalan panjang telah ditempuh Yayasan Invada Cirebon. Yakni, melalui tahapan penilaian dan visitasi. Baik dari aspek hukum, keuangan hingga umum yang meliputi sumber daya manusia serta sarana dan prasarana.

\"Bagaimana rasio dosen dengan mahasiswa yang ada, jumlah buku di perpustakaan apakah sudah memenuhi standar, semua ada penilaian,\" terang rektor kampus yang kampusnya berlokasi di Jalan Brigjend Dharsono No 20, Kabupaten Cirebon, tersebut.

Semua proses berhasil diverifikasi. Invada dinyatakan layak menjadi institut. Artinya, melalui penggabungan dua institusi, IPB Invada Cirebon memiliki lima prodi -meliputi Prodi Pendidikan dan Bahasa: Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Sastra Inggris dan Sastra Jepang.

Tiap dua tahun sekali Invada Cirebon melakukan evaluasi kurikulum. Menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Khususnya perkembangan teknologi. \"Jangan sampai lulusan IPB ini, menghasilkan sarjana-sarjana yang pengangguran,\" ungkap Mahfud.

Dia berharap, lulusan IPB Invada Cirebon punya daya dobrak. Tidak sekadar jadi sarjana yang berharap mencari kerja. \"Makanya, kita berharap, kurikulum kita mendobrak mahasiswa berinovasi sebagai seorang sarjana dengan ilmunya, pengetahuannya. Jangan sampai mereka berorientasi pada bidang pekerjaan formal saja,\" pungkasnya. (ade/opl)

BACA JUGA:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: